Rabu, 19 November 2008

SENSE OF GUITARIST, HACKERS, AND ACADEMICIAN

Dengan menjadi manusia yang terus berkelana, kan kujamahi Amerika, menantang California dan menaklukan Kanada, lalu Eropa hanya sekedar benua untuk merasakan bersenang-senang. Memperdalam gitar di GIT untuk mengejar mimpi membuat album solo, mendapat private lesson dari Paul Gilbert dan syukur-syukur di endorse Fender buat salah satu produk signature nya. Belajar teknologi di MIT demi menuhin hasrat hacker ku, kalau mungkin iseng meng-crack beberapa dotcomers, -ide buruk jangan ikuti-. Lalu belajar Politik di Harvard, keep maintained sama kecintaanku akan studi hubungan internasional, to be like what I always says: I will holding all over the world with my only finger.
-Semuanya di Amerika-

Eropa hanya tempat bersejarah untuk berwisata, berbelanja, Indah, romantis, mewah, glamour, dan banyak pria tampan disana, pasti!!!. Mungkin salahsatunya akan menikahiku, paling tidak asli London, yang bermain gitar seperti Steve Vai berguru dari Satriani, atau Yngwie dengan Concerto Suit Electric Guitar nya yang menenangkan, sedikit lebih baik kemampuannya dariku jika bermain double pedal dalam permainan drum, menyukai musik grunge-metal, boleh juga anak punk, punk-rock atau punk-anarki, kalau ada yang belum bertatoo dan sedikit piercing nya.

Mungkin di Eropa juga aku bisa sedikit mencari inspirasi untuk menulis novel dengan bahasa Inggris, kalau mungkin dalam bahasa Jerman. Atau membeli rumah dipinggiran pantai Swedia atau ditepi Sungai Themes, agar selalu bisa kulihat Westminster yang bersejarah dari jendela kamarku. Eropa terlalu menggoda untuk belajar, mereka semua cerdas, namun terlalu ramah, mungkin arogansi Amerika dibawah kepemimpinan Reagan lebih kuat saat menciptakan ide-ide liberalisasinya ketimbang Thatcher kala itu.

Jika sudah kulewati Luasnya Eropa tak lupa tinggal sedikit lebih lama di Rusia, mengenal Negara yang pernah berjaya dengan komunismenya. Lalu aku akan merambah ke negeri China, masih dengan pesona ‘setan merah’ nya, -seperti pembukaan dalam Manifesto Komunis yang ditulis uncle Marx, ‘ada setan merah yang berkeliaran di Eropa’- melihat dan menyaksikan serta merasakan jiwa para aktivis suci tertinggal di lapangan Tian Men, mereka mungkin akan membisikan sesuatu:

“Untung kau tidak betul-betul bertahan menjadi aktivis, mungkin Indonesia akan mengulang sejarah yang sama seperti 1998, dan kau akan menjadi yang berikutnya dalam tragedy Trisakti, Semanggi 1-2 , atau mungkin sedikit lebih baik tidak akan ada gelombang reformasi kedua, apalagi revolusi, karena banyak negara didunia, khususnya para ilmuan politik menganggap Indonesia sudah lebih demokratis.”

Paling tidak sebelum aku meninggalkannya, berkelana, lalu kembali untuk mengabdi, Indonesia mungkin akan tetap menjadi tempat yang menakutkan untuk aktivis yang idealis.

Kemudian aku tak lupa mampir ke Jepang, dan menggambar manga, sebuah seni artistic yang membuatku mengucurkan keringat maha dasyat. Aku mampu melakukannya, menggambar jagoanku Son Go Ku, dalam super sanya tiga, rambutnya yang kuning menyala, berombak panjang hingga menyentuh lantai, pakaian unik, dan sebuah ekspresi dengan mata tajam yang berhasil aku lukiskan dengan gaya berdirinya yang penuh percaya diri, dipapan tulis kelas ku yang masih menggunakan kapur, saat itu aku kelas tiga SMP. Lihat aku melakukannya, kutantang seorang kawan laki-laki gendut yang tampan, berkulit putih dengan keberuntungan karena wajahnya paling tidak mirip tokoh Jepang yang akan kami lukis.

Aku biasa menghabiskan waktu bersamanya, membaca berbagai judul serial cantik, Shaolin, Break Shoot, Chinmi, Samurai X, Dragon Ball, hingga komik jagoan, Tinju Bintang Utara, salah satu favoritku. Atau sekedar jalan-jalan ke mall, masuk Timezone dan mulai berkompetisi dengan games Street Fighter. Aku lumayan mantap memainkannya terutama ketika dengan PS2 pinjam kawan, atau numpang main dirumah tetangga. Mereka pasti jera karena Chun Lie jagoanku tak terkalahkan. Aku merasakan diriku menyatu dengannya ketika tendangan itu menyentuh wajah lawan, tak jarang Ryu dibuatnya terkapar dengan darah tercecer diarena pertandingan, -untung hanya sebuah permainan-.

Ambil gitarmu, dan aku akan menantang untuk menciptakan lirik dengan aransemen cordnya dalam waktu sepuluh menit, aku dapat melakukannya. Lemparlah tema yang kau inginkan, aku akan membalas dengan sepuluh bait lirik tentu dengan intro dan lengkap beserta chorus nya. Tapi aku akan perlu waktu lebih lama untuk menuliskan tablature dari lagu yang kubuat itu, apalagi partitur, aku akui aku belum bisa. Jadi jangan memaksa untuk mengatakan aku begitu sempurna. Jangan tantang aku untuk menggunakan teknik two hand taping ku, atau sekedar finger picking, karena aku sangat amatir dalam hal itu. Tapi jika kau ingin aku menunjukan kemampuan bergitarku, nyanyikan lagu yang kau suka, aku akan carikan chordnya untukmu. Jika kau suka palm muting aku akan membuatmu tertidur, seperti The Red Jumpsuit Apparatus dengan Guardian Angel nya.

Ingin mengukur tingkat intelegensiku, sebutkan isu yang menarik untukmu, kan kubuatkan proposal skripsi hanya dalam satu jam lengkap dengan latar belakang, pokok permasalahan, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisannya. Jika kau sanggup membayar mahal, kuselesaikan satu bab skripsimu hanya dalam satu malam. Yang kubutuhkan hanya komputer dan dua gelas kopi. Satu gelas jika tidak mungkin, Karena aku mulai berhenti mengkonsumsi sesuatu yang katanya memiliki kafein ini. Seperti aku mulai menyadari sesungguhnya kemampuan mata untuk tidak tertidur, dan otak dapat terus bekerja karena semangat dan tekat bulat, bukan karena jenis minuman itu, atau dengan memasang musik-musik trashmetal untuk mempertahankan terjaga mu.

Mintalah aku memasak untukmu, kan kubuatkan rendang yang super lezat karena bakat alami Pariamanku yang kental, atau sambal hijau yang pasti meninggalkan bekas bahkan menggores sejarah hidupmu jika kau mencobanya dengan lalap daun singkong yang kurebus dengan garam dan sedikit penyedap, namun tetap mempertahankan warna hijaunya. Jika kau mau, dan memaksa, ajukan permohonan agar aku membuat gulai kepala kakap untukmu, mungkin perlu waktu, karena aku baru memahami teorinya, dan sama sekali belum mempraktekan. Aku hanya terbiasa memperhatikan ibuku wanita tercantik di dunia, memasak ikan yang katanya super lezat itu. Sebenarnya jujur aku hanya tidak tertarik memasaknya, karena aku tidak mungkin merasakan kenikmatan itu, aku nyaris vegetarian. Jika aku boleh mengaku salah satu dari anak punk, mungkin aku tidak bersalah jika mengklaim diriku sebagai straight edge, tanpa daging, tanpa rokok, dan tentu saja tanpa sex bebas.

Tapi jangan paksa aku untuk naik motor mathic, atau motor bebek dengan empat kecepatan, aku belajar dari motor batang tahun 80-an setelahnya kudapat sebuah satria kuning enam speed dihalaman rumah. Aku menggunakannya, nyaris tak pernah mati didetik-detik pertama saat lampu merah, karena tanganku piawai menguasai kopling seperti berpindah chord memainkan lagu-lagu desperado Dashboard Confessional.

Lalu lupakan aku untuk sebentar saja menyetir mobilmu, karena aku tidak akan melakukannya setelah hari dimana ayah menegurku, karena membuat tergores mobil yang dengan keringat untuk membelinya. Tekad ku bulat, beli mobil dengan uangku sendiri, dan aku akan kembali menyetir jika berhasil mewujudkannya, minimal sebuah ESTILO yang kecil dan unik, namun tetap gaya, atau lebih besar dari itu, Ranger dengan bak terbuka sehingga aku dapat menyimpan gitarku disana.

Lihat aku mengoleksi berbagai judul buku, nyaris seribu jumlahnya. Ratusan serial cantik, dan puluhan novel fiksi ilmiah. Jumlah yang belum terlalu banyak memang jika dibandingkan dengan milik CSIS, atau seorang kutu buku, tapi aku mengumpulkannya hanya dalam jangka waktu dua tahun, dan semua kubeli dengan uangku. Karena mendapat beasiswa, aku dapat dengan leluasa membelanjakan uang kuliahku, tentu atas izin bunda.
Aku berorganisasi dan memimpin, mencintai diskusi, dan tertantang dengan berbagai macam penelitian, tertarik jurnalisme, dan AKADEMIS, hidup dengan musik dan berkarya.

Hal terindah dalam hidupku:

Pergi ke tanah suci dengan ayah dan bundaku, berpendamping setia seorang musisi, menciptakan karya yang bernilai selama hidupku untuk banyak orang, dan menjadi berguna.

Tokoh yang identik denganku:

Ermawati Uska, Tan Malaka, Ali Bin Abi Thalib, John Grisham, Yngwie Malmsteen, Ahmad Suhelmi, Anies Baswedan, Soekarno, Imam Khomeini, Angela Merkel, Aung San Suu Kyi, Steve Vai, William Godwin, Jimly Ashiddiqie, Adolf Hitler, Che Guevara, Mao, Kurt Cobain, Karl Marx, Jimi Hendrix, Ahmadi Nejad, Andrea Hirata, Daniel Johns SIlverchair, Stevi Item, Socrates, Patrick Wilson, Holsti, Sun Tzu, Descartes, Albert Einstein, Leo Fender, Kahlil Gibran, Morgenthau, Rocker, Jimmy Page, Kensi Himura, SPIDERMAN.

Band yang identik denganku:

The Red Jumpsuit Apparatus, Nirvana, Dashboard Confessional, Silverchair, Andra and The Blackbone, SUM 41, Sex Pistols, Arkarna, Led Zappelin, White Lion, CANON, The Legion of Dome, Megadeth.

Barang yang identik denganku:

Al-Quran, Komputer, Gitar, Flashdisk, Buku+Kamus, PS2, HP, ATM

Tidak ada komentar: