Rabu, 19 November 2008

THE RISE OF CHINA

Sejak akhir tahun 2000 hingga saat ini, Republik Rakyat China (RRC)/China dianggap sebagai kekuatan global yang harus diperhitungkan secara politik dan ekonomi. Sebagian orang melihat kemajuan China tersebut sebagai sesuatu yang harus diwaspadai mengingat prilaku internasional China yang kadang resisten tapi tidak jarang kooperatif, kemudian aktif namun sering pula menarik diri. Sebagian lain menilai kemajuan China tidak akan menjadi ancaman dan bahkan akan berkontribusi bagi kestabilan dan kemakmuran kawasan Asia yang kemudian juga akan membawa kestabilan dan kemakmuran global.
Dalam beberapa tahun belakangan ini Pemerintah China mengumumkan bahwa negaranya hanya tertarik dengan “kebangkitan yang penuh kedamaian”, bukan dominasi regional. Pada bulan November 2003 dalam suatu pertemuan internasional Hainan, pejabat senior kebijakan luar negeri China menyodorkan kepada negara-negara di Asia tentang visi “kebangkitan bersama” kawasan Asia dalam kedamaian dan kemakmuran.

Kembalinya China ke pergaulan internasional tidak bisa dilepaskan dari peran Deng Xiaoping (dia sendiri pergi ke Amerika Serikat dua kali). Namun, kepercayaan diri China ini juga ditopang oleh prestasi di dalam negeri, yaitu pembangunan ekonomi. Deng Xiaoping secara konsisten mengubah sistem perekonomian China dari sistem komunis menjadi sistem kapitalis. Komune dibubarkan, "periuk nasi besi" (lambang welfare state) dihancurkan, perusahaan milik negara diprivatisasikan, pengusaha swasta diberi angin, investor asing diberi insentif tinggi, pasar saham diizinkan, dan sebagainya. Perdagangan internasional digalakkan seraya memacu ekspor. Walaupun peran negara belum hilang sama sekali, China jelas memeluk sistem kapitalisme yang China sendiri menamakannya dengan "sistem pasar sosialis".
Dengan segala perubahan besar-besaran ini China sungguh memukau dunia. China kini menduduki peringkat-peringkat tinggi di dunia dalam banyak indikator ekonomi: pertumbuhan, perdagangan internasional, investasi asing, cadangan devisa. Angka-angka agregat ekonomi yang serba besar membuat China menerima predikat sebagai next superpower. Banyak orang yakin bahwa China sedang "bangkit" bagaikan naga yang menggeliat bangun dan mendengus sambil memperlihatkan taringnya.
Sejak 1978, China mencatat rekor sebagai satu-satunya negara di era modern, dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat dan paling stabil. Sejak 1978, pertumbuhan diomestik bruto (GDP) China, rata-rata mencapai 9,5 persen per tahun. Angka ini tiga kali lebih besar dari angka pertumbuhan ekonomi AS. GDP China saat ini berdasarkan pada purchasing power parity mencapai 13 persen dari output dunia. Selain itu China juga adalah empat besar produser industri setelah AS, Jepang, dan Jerman. Sebagai produsen besar dalam pengertian output, China memperoduksi lebih dari 100 jenis barang manufaktur untuk diekspor keluar negeri.
Zhu Rongji, dalam kata pengantar A Brighter Future pada buku Lawrence J. Brahm awal Januari 2001 berjudul "China’s Century: The Awakening of the Next Economic Powerhouse", antara lain, menunjukkan bahwa "…Standar kehidupan 1,2 miliar manusia RRC mengalami peningkatan, keluar dari kemelaratan, berupaya memastikan sandang dan pangan bagi semuanya, dan kini memasuki pintu gerbang kemakmuran. RRC masa kini ditandai oleh stabilitas politik, kemakmuran ekonomi, kemajuan sosial, kesatuan etnik, dan manusia yang memiliki tekad tinggi penuh gairah, vitalitas, dan jiwa kewirausahaan. Pada momentum yang demikian pentingnya memasuki transisi, pembangunan RRC berada pada suatu periode kritikal pendalaman reformasi dan penyesuaian structural (deepening reform and structural adjustment).
Terbukti bahwa selama dan setelah krisis finansial Asia, cadangan devisa RRC justru terus meningkat karena meningkatnya ekspor yang digerakkan kebijakan mendorong ekspor dan penyesuaian struktur ekonomi berkelanjutan. Tidak bisa dipungkiri, ekonomi China telah melesat jauh dibanding negara-negara Asia lainnya, kecuali India. Banyak kalangan yang memastikan negara ini akan menjadi raksasa ekonomi baru dunia. Tidak berhenti disitu, berbagai gebrakan ekonomi terus dilakukan. Terakhir penegasan PM China Wen Jiabao dalam pembukaan dan penutupan Kongres Rakyat Nasional ke-10 di Bejing, pertengahan Maret lalu, bahwa China siap menjadi kekuatan adidaya dengan melakukan reformasi progresif.

Tidak ada komentar: